Indonesia dikenal sebagai negeri yang indah dan subur tapi sekaligus rawan bencana. Ring of fire, dikelilingi oleh potensi gunung berapi. Selain itu, ada potensi gempa bumi, tanah longsor, banjir, kebakaran hutan dan jenis bencana lain.
Termasuk di wilayah Ibukota DKI Jakarta juga banyak potensi bencana, antara lain kebakaran dan banjir tahunan. Untuk itu komunitas Pemuda Peduli Bencana (P2B) melakukan pelatihan Keterampilan Dasar Relawan (basic volunteer skills) di kawasan Koja, Jakarta Utara.
Pelatihan diikuti puluhan relawan dari berbagai organisasi, antara lain Helix Corps, Relindo, Dompet Dhuafa, dan lain-lain. Ketua P2B, Armyko Dwijayanto menyatakan: “Menjadi relawan penanggulangan bencana harus memiliki kemampuan menyelamatkan orang lain, karena sejatinya seorang relawan adalah mereka yang menyediakan waktu untuk kemaslahatan orang banyak.” Semangat kepedulian jadi kata kunci.
Selain itu, relawan harus memiliki kemampuan untuk menyelamatkan dirinya karena medan tugas seorang relawan adalah tempat-tempat yang berbahaya dan sewaktu-waktu dapat menyebabkan relawan menjadi korban. “Jangan sampai relawan yang tidak siap mental dan tidak terampil justru menjadi beban bagi warga yang seharusnya ditolong,” Armyko menambahkan.
P2B sebagai komunitas relawan telah memiliki pengalaman panjang, antara lain membantu evakuasi warga yang mengalami kebakaran di sekitar Depo Pertamina kawasan Plumpang, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Sapto Waluyo selaku Pengawas P2B turut menyaksikan bagaimana relawan P2B bergotong-royong membantu warga yang membutuhkan pertolongan.
“Saya bangga dan bersyukur karena relawan P2B termasuk yang paling pertama dan terdepan dalam penyelamatan warga di Plumpang. Kebetulan, waktu kejadian relawan P2B akan berangkat untuk ikut pelatihan di Bandung. Tapi, pasukan segera dialihkan ke lokasi bencana siap menyelamatkan warga,”ujar Sapto yang terjun langsung ke lokasi.
Dari pengalamannya selama Tenaga Ahli Menteri Sosial RI periode 2009-2014, pada masa Menteri Dr Salim Segaf al-Jufri, Sapto mengungkapkan keterampilan yang harus dimiliki relawan sangat beragam. Tergantung dari jenis bencana dan kondisi warga yang dihadapi. Untuk menghadapi bencana banjir, dibutuhkan kemampuan penyelamatan di wahana air (water rescue). Untuk bencana gempa ada collapsed structure search and rescue.
“Begitu pula untuk menanggulangi bencana kebakaran harus dipersiapkan perlengkapan pengaman. Pengetahuan untuk memadamkan api dengan bahan dan sarana yang tepat. Jika salah penanganan, maka api justru malah membesar atau relawan ikut menjadi korban,” Sapto mengingatkan. Modal utama relawan, disamping kepedulian dan keikhlasan, adalah keberanian.
Relawan siap dan berani menghadapi segala tantangan karena sudah memili pengetahuan dan keterampilan. Agenda pelatihan P2B memberi bekalan tentang pengurangan resiko bencana (PRB) dan medical first response (MFR).